Cara Menentukan Harga Jasa Fotografi
Menentukan harga adalah hal yang penting sekali bagi fotografer profesional. Jika tidak tahu bagaimana cara menghitungnya, bisa jadi mengalami kerugian namun tidak menyadarinya.
Apa saja biaya-biaya yang harus dihitung dan bagaimana cara menentukan harga jual?
Biaya Langsung
Yang pertama adalah menghitung biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang langsung terkait dengan sebuah projek.
Contoh biaya langsung:
Fotografer |
Asisten |
Editor |
Album |
Frame |
Storage |
Packaging |
Transportasi & Akomodasi |
Rental Alat |
Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak langsung terkait dengan sebuah projek. Biaya ini biasanya dihitung per bulan dan harus tetap ditanggung saat ada maupun tidak ada projek.
Contoh biaya tidak langsung:
Biaya sewa kantor |
Biaya listrik |
Biaya telpon |
Biaya internet |
Biaya marketing |
Biaya Depresiasi
Alat fotografi terutama kamera, umurnya relatif pendek. Mungkin dalam 3-4 tahun kamera sudah perlu untuk diganti. Anggap saja dalam waktu 3 tahun ternyata kamera tersebut rusak atau hilang. Misalnya dalam 3 tahun baru mendapatkan keuntungan Rp 25.000.000. Untuk membeli kamera baru membutuhkan uang sebesar Rp 30.000.000. Akhirnya malah jadi merugi.
Disitulah pentingnya membuat anggaran untuk membeli kamera baru. Supaya siap membeli kamera baru ketika kamera yang lama perlu diganti. Di akuntansi hal ini disebut biaya depresiasi.
Contoh Menghitung Biaya Depresiasi:
Harga Kamera = Rp 30.000.000
Harga Kamera setelah 3 Tahun = Rp 15.000.000
Taksiran Jumlah Projek dalam 3 Tahun = 40 Projek
Biaya Depresiasi = (Harga Kamera – Harga Kamera setelah 3 tahun) : Taksiran Jumlah Projek dalam 3 Tahun
Biaya Depresiasi = Rp 15.000.000 : 40
Jadi Biaya Depresiasi adalah Rp 375.000 per projek
Menentukan Harga Jual
Statistik dari Professional Photographer Associaton di Amerika mengatakan bahwa, “Jika biaya langsung di atas 35%, maka bisnis Anda akan bangkut”. Kenyataannya, banyak fotografer yang menghitung biaya langsung di atas 70% dari harga jual. Sebaiknya biaya langsung dan biaya depresiasi maksimal adalah 70% dari harga jual.
Contoh Menghitung Harga Jual:
Fotografer | Rp 1.000.000 | |
Asisten | Rp 250.000 | |
Editor | Rp 250.000 | |
Album | Rp 300.000 | |
Frame | Rp 300.000 | |
Storage | Rp 150.000 | |
Packaging | Rp 150.000 | |
Transportasi & Akomodasi | Rp 300.000 | |
Rental Alat | Rp 300.000 | |
Biaya Depresiasi | Rp 375.000 | |
Total Biaya Langsung dan Biaya Depresiasi | Rp 3.375.000 | 56% |
Harga Jual | Rp 6.000.000 | 44% |
Mengapa biaya langsung dan biaya depresiasi maksimal 70% dari harga jual?
Karena sebenarnya banyak hal yang harus ditanggung fotografer. Mulai dari modal kamera dan komputer yang mahal. Biaya tidak langsung seperti biaya kontrak ruko, listrik, telpon, internet, dan lain lain. Dan biaya tidak terduga seperti kerusakan alat. Belum lagi waktu dan tenaga dicurahkan untuk mengerjakan suatu projek.
Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual
Sebelumnya sudah dibahas bagaimana cara menenetukan harga jasa fotografi dari segi akuntansi. Selain itu harga jual juga dipengaruhi beberapa hal, antara lain:
- Pasar yang dipilih. Semakin tinggi kelas ekonomi, fotografer bisa memberikan harga yang lebih tinggi.
- Harga pesaing. Semakin sedikit persaingan, fotografer bisa memberikan harga yang lebih tinggi.
- Popularitas dan pengalaman. Semakin tinggi popularitas dan pengalaman, fotografer bisa memberikan harga yang lebih tinggi.
“Fotografi itu Mahal Harganya, Jangan Terjebak Peperangan Harga.”
Alvin Fauzie
Tips bisnis fotografi lainnya: https://artscale.id/cara-bisnis-fotografi/
Penulis: Alvin Fauzie https://www.instagram.com/alvinfauzie/